Sabtu, 02 Juli 2011

Cinta Tak pernah Salah

CINTA TAK PERNAH SALAH

Cinta memang tak pernah salah

Akan tetapi,

Terkadang caranya saja yang salah

**********

Hari yang paling mendebarkan bagi SMA Adi Thirta akhirnya tiba juga. Team basket dari dari SMA Adi Jaya udah mulai memasuki lapangan, kemudian disusul dengan team basket si tuan rumah. Jerit histeris pun terjadi, memanggil - manggil nama pemain idola mereka, dan berusaha mensupport mereka supaya bisa menang - lagi. Asal tahu aja, SMA Adi Thirta ini udah berkali-kali menjuarai pertandingan basket di setiap season. Jadi, tengsin donk, men, kalo sampe kalah!!!

"Nicko! Nicko!! Nickooo!!!" teriak seorang cewek yang berdiri paling depan di tribun penonton. Begitu si cowok berkaos team biru di tengah lapangan itu menoleh ke arahnya, si cewek semakin jingkrak-jingkrak nggak karuan. "Semangaat!!"

Si cowok pun tersenyum geli melihatnya. Dia mengacungkan ibu jari kanannya ke arah si cewek, lalu kembali bergabung ke temen seteamnya.

Well, si cewek yang teriak-teriak itu namanya Anastasya Amanda Agustina Afrilia. Tapi biasanya sih dipanggil Nezya, Nah Lho?? Dapet darimana coba? Belum lagi bulan lahirnya, bukan Agustus ataupun April (Padahal kalo lihat namanya, kayaknya menjurus kesitu ya?), melainkan Juni. Hmm?? Unik deh, bener-bener unik. Nyemangatin cowoknya aja pake jingkrak-jingkrak segala. Haduuh... kok nggak ada jaim-jaimnya gitu loh!

Sedangkan si cowok bernama Nicko Adi Putra Syahreza. Biasa dipanggil Nicko (Nah, kalo ini masih nyambung!) Dia itu-bisa dibilang-cowok idola di SMA Adi Thirta, tapi sayangnya, doi udah ada yang punya-hal itu adalah satu-satunya musibah terbesar bagi fans setianya. Nggak heran sih kalo dia juga biasa disebut-sebut sebagia Si Charming Prince, 'cause dia itu memang Pangeran idaman setiap cewek Adi Thirta. Matanya yang menawan, mampu menghipnotis mereka sampe klepek-klepek. Bodynya yang six-packs nggak sampai luput dari pandangan mereka. Kulit cerahnya yang akan terlihat mengkilap dengan cucuran keringat pun juga nggak akan membuat para fansnya itu tutup hidung atau apa-lah, malah mereka rela mengelapkan keringat itu-KALO diizinkan.. :D

Priiiiit......!!!

Pertandingan dimulai. Sebenarnya sih, nggak ngerti-ngerti amat soal pertandingan basket, tapi demi sang pangeran hati, Nezya rela teriak-teriak GJ dari tribun penonton. Tapi perhatiannya pada Nicko di lapangan sedikit memudar ketika ia menangkap bayangan sesosok cowok berbadan-besar-tinggi-tegap-berambut cepak-yang memakai kaos team kuning-team lawan. Selama pertandingan, matanya seolah nggak bepaling dari cowok misterius itu. Hingga akhirnya...

Priiiitt......!!!

Pertandingan is over.

"Haa??" Nezya melongo. "Udahan yaa??"

"Yaah, daritadi kemana aja lo??"sahut Fera-soulmatenya yang sedari tadi berdiri di sampingnya-dengan menghembuskan nafas heran.

"Berapa skornya??" tanya Nezya.

"30-29,"jawabnya. "Kita kalah,"

"Yeee!" sorainya.

"Hush!"bentak Fera. "Kalah kok malah seneng,sih?? Aneh, deh, lo!"

"Ooh, iya-ya.."

"Ya udah, samperin cowok lo sana, gih! Suntuk banget deh tuh kayaknya.."

Tanpa babibu lagi, Nezya langsung meluncur ke tepi lapangan basket dan menghampiri Nicko yang sedang duduk sambil minum air mineral dengan rakusnya. Nezya menyodorkan sebuah sapu tangan ke arahnya. Tapi, Nicko malah buang muka.

"Nickoo.." gumam Nezya.

"Kenapa tadi lo nggak support gue?!" tanyanya dengan nada kesal.

"Eeh..tadi gue lihat lo maen kok! Suer, keren banget! Gue tahu lo udah berusaha semaksimal mungkin buat menangin pertandingan ini. Ya kan?" Tidak ada jawaban. Nezya memposisikan dirinya-duduk- di samping Nicko. "Iya deh, gue minta maaf, bukan maksud gue buat nggak ndukung lo, tapi... tadi gue ke-ti-du-ran..."jawabnya ngawur. Please deh, di kondisi yang serame ini masa iya memungkinkan buat tidur?? Khayal banget,kan?? ckckck.. "Lo tahu, gue kemaren itu tidur jam dua malem. sampe sekarang aja gue masih ngantuk... Hoooaahhmmm" Akhirnya, Nezya malah nambah-nambahin kebohongan deh, biar Nicko percaya.

Nicko memandangnya. "Cewek, kalo nguap itu ditutupin.." katanya seraya menutup mulut Nezya. "Bukannya malah diperlebar gitu..." Akhirnya ia tersenyum pada Nezya.

Nezya pun membalas senyum manisnya itu. "Hehe.. maaf deh, Bau yaa???"

Nicko berdiri sambil tertawa lirih dan mengacak-acak rambut Nezya. "Jangan diulangi lagi ya? Lain klai, kalo mau lihat gue tanding, tidur yang cukup dulu, biar nggak ketiduran kayak tadi.."

"Jadi, lo maafin gue??"

Nicko memandangnya lagi dengan tersenyum. "Iya-lah. Masa gara-gara gitu aja gue sampe marah banget ke lo, kan ya nggak masuk akal juga.."

"Makasih ya. Tapi gara-gara gue nggak support lo, sekolah kita jadi kalah deh.."

"Yee... ada yang GR niih..." ujarnya. "Kita kalah bukan karena lo kali..."

"Aah, Nicko nakal,iiih...."

"Haha.. iya-iya.... "

Tiba-tiba, ada yang nyamperin mereka di tengah-tengah perbincangan itu. Nezya memasang sorot mata tak percaya. Itu Fera! Bersama cowok misterius itu!

"Hai!" sapa Fera. "Mumpung lagi disini, nih. Gue kenalin sama seseorang. Ini Zack. Dia anak Adi Jaya."

"Zack," Zack mengulurkan tangannya ke arah Nicko. Nicko pun membalas uluran tangan itu. "Gue Nicko, ini Nezya, cewek gue. Oh iya, tadi main lo bagus, nggak heran kalo Adi Jaya jadi juara. Selamat, ya!"

"Thanks,"sahut Zack. "Maen lo tadi juga bagus, kok. O iya, gue kenalin ke temen-temen gue yuk!"

"Oke," jawabnya. "Nez, gue kesana bentar, ya!" pamitnya ke Nezya. Enggak tahu kenapa, si Nezya mulai terlihat jaim.Dia merespon Nicko hanya dengan anggukan kecil dan senyum manis. Aa.. pasti gara-gara cowok itu!!

"Zack itu idola di Adi Jaya," ujar Fera tiba-tiba. "Dia juga kapten di team basketnya. Kira-kira posisinya itu persis Nicko-lah!"

"Ha? Masa sih??" ucap Nezya seolah tak percaya.

"Iya, serius!"

"Terus?"

"Dia itu udah punya cewek. Tapi dia nggak pernah mau ng-expose hubungannya di depan public. Terutama di lingkungan sekolahnya." lanjut Fera.

"Kenapa?"

"Hm? Masi nanya kenapa? Oke, gue jelasin deh.. Lo tahu posisi Nicko, kan? Selalu dikerubungin cewek-cewek. Tapi cewek-cewek disini tahu aturan, coba kalo disana.. Fans Zack itu anarkhis. Kalo mereka sampai tahu siapa cewek Zack, gue yakin cewek itu bakalan kena teror atau bahkan sampe terancam hidupnya."

"Hiii... Ngeri amat..." komen Nezya. "Dan lo tahu, siapa cewek itu?"

"Cewek itu gue, Nez." jawabnya singkat.

"Haa???"

"Kalo dipikir-pikir sih, Nez. Meskipun kita sama-sama dapet cowok idola sesekolahan, rasanya lebih beruntung lo deh ketimbang gue. Meskipun anak satu sekolah tahu, lo ceweknya Nicko, tapi nggak satupun mereka berani neror lo,kan? Lha gue??? Hm... kapan gue bisa sebahagia lo, Nez???"

******************

Empat hari telah berlalu. Hari ini hari Sabtu, rencananya Nezya mau dinner sama Nick, malam mingguan gitu ceritanya... Begitu sampai di REVEN_OX_RESTAURANT, mereka dilambai sesosok cewek di meja paling belakang.Itu Fera. Akhirnya, mereka berdua pun mendekat ke arahnya.

"Sendirian aja, Fer??" tanya Nezya. "Mana Zack??"

"Bentar lagi juga dateng. Katanya sih tadi dia masih di parkiran.." jawab Fera. "Tuh dia. Zack!"

Dalam sekejap saja, Zack sudah bergabung dengan ketiga rekannya itu. Tanpa mereka rencanakan sebelumnya, this is the double date time! Semenjak saat itu, mereka sering mengadakan acara double date, dengan direncanakan pastinya.. Otomatis, mereka pun juga kesempatan buat tukar-tukar nomor hape..

Hingga pada suatu malam....

Penipu..

Pergi jauh dariku..

Sakitku melihatmu..

Pergi jauh dari hidupku....

"Halo,Ma... Iya, Ma.. Ini aku masih di luar. Aduh, aku nggak bisa... Emang papa kemana sampe nggak bisa jemput??... Iya deh iya, tapi aku anter temenku dulu yaa.. Tapi, Ma... Iya deh iya... Nicko bakal sampe sana dalam 10 menit. iya-iya..." Nicko menghembuskan nafas panjang-tak berkutik. Ia menatap ketiga temannya dengan mengedikkan bahu. "Mama, minta jemput. Gue duluan nggak pa-pa, kan??"

"Iya, nyantai aja lagi," sahut Zack. "Nezya ntar bisa gue anter. Percaya deh sama gue, dijamin AMAN."

Nicko tertawa lirih dan berhenti ketika memandang Nezya. "Gue nggak bisa anterin lo malem ini nggak pa-pa,kan?"

"Tenang aja, kan ada Fera sama Zack, bisa ditebengin, kan??" Nezya tersenyum lucu.

Akhirnya Nicko pun lenyap dari pandangan hanya dalam satu kedipan mata-wiih,lebay... Tak lama setelah itu, mereka pun memutuskan untuk pulang. Zack mengantar Fera terlebih dulu, baru Nezya.

"Awas ya, Zack, kalo lo macem-macem sama Nezya. Siap-siap dapet bogem mentah dari gue.." ancam Fera -sebelum keluar dari mobil-sambil menyisipkan tawa canda ke dalamnya.

"Siap, Miss.Komandan!" sahut Zack.

"Gue juga nggak bakalan macem-macem kok, Fer.. Tenang aja!" sahut Nezya dari jok belakang.

"Haha.. iya-iya. Ya udah, gue duluan ya! See you at Monday di sekolah, Nez..!"

""See you, too, Sist...!"

Mobil kembali melaju dalam keheningan. Penghuni mobil itu sama-sama membisu. Sepertinya, rasa deg-degan Nezya yang pernah muncul tempo hari, kini kembali melanda. Padahal, rasa itu udah perlahan hilang saat mereka sering ketemu bareng saat double date sesion, tapi sekarang...

"Nggak pingin pindah ke jok depan, Nez?" Sepertinya Zack berusaha mencairkan suasana dingin itu.

"Nggak deh, makasih, bentar lagi juga nyampe, kok, Zack." tolak Nezya.

Tiba-tiba mobil berhenti mendadak.

"Kok berhenti?" tanya Nezya takut-takut. Secara ya, cewek gitu.. Semobil sama cowok, terus berhenti di sepi-sepian gini... Pikiran pasti udah kemana-mana....

"Kamu nggak mau pindah ke depan, ya biar aku yang menghadap ke belakang," ujar Zack.

Pikiran Nezya dah kemana-mana nih.. Tapi ada satu hal yang Nezya rasa ganjal di perkataanya itu. "Kamu-aku??" Sejak kapan coba dia pake logat itu ke Nezya? Sama Fera aja dia pake logat gue-lo..

"Oke, mungkin kamu bingung. Jadi gini," Zack menarik nafas panjang. "Semenjak aku kenal kamu di lapangan basket waktu itu, pikiranku nggak bisa lepas dari bayangan kamu. Jingkrak-jingkrak kamu... Sikap kocak kamu.. Cara bicaramu.. semuanya itu seolah terlekat dengan sendirinya di memori ingatanku. Perasaanku pun nggak pernah sebahagia saat aku mengingat kamu. Rasa aku ke Fera nggak seperti ini. Aku rasa, kamu telah berhasil mencari sesuatu dariku. Hatiku." jelas Zack. Ia memegang dadanya,"Kamu udah berhasil mencuri hatiku Nezya. Dan setelah aku fikir-fikir, rasanya aku benar. Kalo aku... aku.. Aku cinta sama kamu, Nez.."

Nezya melongo. Kedua matanya membulat seolah tak percaya dengan perkataan Zack barusan. Jantungnya pun seolah berdegup sangat kencang, rasanya lebih kencang dari tabuhan genderang yang mau perang.

"Nez?"

"Tapi, Zack... Lo.. Lo udah punya Fera.. Gue,, gue juga udah punya Nicko. Ini nggak boleh terjadi. Cinta itu.. itu nggak boleh muncul di antara kita. Kita nggak boleh khianati mereka. Gue juga udah janji sama Fera, gue nggak akan macem-macem sama lo," elak Nezya terbata-bata.

"Tapi, Nez. Aku nggak bisa terus bohongin perasaan aku. Aku juga nggak bisa memendam rasa ini terus-menerus. Lama-lama aku bisa gila, tahu nggak sih? Pahami aku,Nez.."

"Gue.. gue bisa bantu apa?"

"Please, kamu mau jadi cewek gue," ujar Zack memelas. Nezya terkejut bukan main. Bola matanya nggak lagi segede bola pingpong, tapi udah segede bola basket.. (wwo... Le'bay..!)

"Zack, itu ucapan terkonyol yang pernah gue denger," celetuk Nezya. "Itu lebih nggak mungkin lagi.. Kita udah punya seseorang.. Kalo gue jadi cewek lo, gimana ntar nasib Fera sama Nicko? Apa mereka bakalan di buang ke laut gitu aja? nggak mungkin kan??"

"Mungkin kita bisa Backstreet??" kata Zack asal nyeplos.

"Backstreet??" ulang Nezya. Zack mengangguk pasti. Suasana dalam mobil itu menjadi hening. Namun tak lama kemudian Nezya menghembuskan nafas panjang.

"Beri gue waktu untuk berfikir, Zack. Gue nggak bisa jawab untuk sekarang," jawab Nezya lirih.

"Aku akan menunggu, Nezya." Zack menyahut. "Kayaknya malam udah larut, nih. Aku anterin kamu pulang, ya."

"Sampe gerbang," sahut Nezya.

Mereka berdua sempat tertawa sebentar, namun tak lama setelah itu mobil Avanza hitam itu segera melesat bagai angin menuju istana Nezya.

"Udah nyampe, Nez."

"Makasih, ya. Gue duluan, Zack. Udah larut."

"Nez," panggil Zack ketika ia mau membuka pintu mobil. "Aku tunggu jawaban kamu."

Nezya terdiam, namun akhirnya ia bilang,"Selamat Malam, Zack." Lalu keluar dari mobil.

Zack segera tancap gas menjauhi rumah Nezya setelah berucap,"Bye.." ke Nezya. Begitu udah nggak kelihatan lagi batang hidung Avanza itu....

Nezya mencak-mencak!!!

"Zack nembak gue.. Zack nembak gue!!! Gila!! Ini mimpi bukan yaa??!Suer, gue nggak pernah mikirin ini sepanjang hidup gue! Zack, gue pasti nerima lo! Karena gue juga cinta sama Lo!!" teriak Nezya.

By the Way..

Acting gue tadi oke nggak yaa??, batinnya.

Nezya sama sekali nggak bisa tidur malam ini. Pikirannya trlalu sibuk sama Zack. Nggak nyangka Zack bisa jatuh cinta sama dia. Akhirnya Nezya memutuskan untuk mengirimi Zack sebuah pesan. Ia meraih ponselnya yang tergeletak tak berdaya di atas bantalnya dan mulai mengetik.

"Gw tunggu di Restoran REVEN_OX malam ini jam 7"

Options - Send

Message Sent !

Tak lama setelah itu, ponsel Nezya berdering, tanda sms masuk.

"Aku pasti datang. ;-)"

******************

Jam 7 di restoran Reven_Ox.........

Seorang cewek dengan kemeja kotak-kotak biru muda udah standby di meja nomor 4. Menunggu kedatangan seseorang. Tak lama kemudian seorang cowok berpotongan mohak mendekatinya dan duduk di hadapannya.

"Udah lama?" tanya Zack.

"Baru aja, kok."

"Jadi??"

"Apanya?"

"Jawaban kamu?"

"Zack, setelah gue pikir-pikir lagi.. Gue udah nemuin jawabannya." ujar Nezya. "Gue.. gue nggak bisa, Zack."

"Nez.."

"Gue nggak bisa nolak cinta lo, Zack..." jawab Nezya sambil tersenyum. "Gue juga cinta sama lo, Zack."

"Kamu serius?"

"Kamu pingin aku nggak serius??"

Zack langsung memengan kedua tangan Nezya dan tak segan-segan lagi menciumnya. "Makasih, Nez, makasih banget, aku bahagia banget. Aku jamin, aku bisa bahagiain kamu."

"Aku percaya, Zack."

******************

Semenjak saat itu mereka berdua jadi sering jalan berdua, dan of course, tanpa sepengetahuan Fera dan Nicko. Zack selalu aja nolak ajakan Fera jalan, begitupun Nezya. Ia selalu menolak ajakan Nicko dengan alasan sibuk. Hingga pada suatu sore, Fera dan Nicko, ketika ketemuan di salah satu restoran yang ada di mall buat saling curhat tentan pasangan mereka masing-masing, mereka melihat Nezya dan Zack jalan bareng sambil bercanda-canda dan berpegangan tangan. Dengan penasaran, Fera dan Nicko membuntuti mereka, kemanapun mereka pergi.

Bahkan hingga pulang saat berada di depan gerbang rumah Nezya. Nicko memarkir mobilnya berhadapan dengan mobil Zack namun dengan jarak yang lebih jauh. Tepat ketika Zack dan Nezya akan-istilahnya... kissing- Nicko menyentrongkan lampu utama mobilnya sehingga Zack dan Nezya terhenti. Setelah itu, barulah Nicko dan Fera keluar dari mobil menuju Avanza di hadapan mereka.

"Keluar!!" Nicko memukul moncong mobil itu dengan sedikit berteriak dan dengan muka yang serasa dibalut amarah.

"Dengan takut-takut, Nezya membuak pintu mobil dan berdiri di hadapan Nicko dengan menunduk. Sedangkan Zack buru-buru membuka pintu dan segera berkata sesuatu pada Fera.

"Ini nggak seperti yang lo lihat, Fer," kata Zack. Tapi, apa yang didapatnya??

PLAKK!!!

Tamparan.

"Lo ngapain jalan sama Zack?" Nicko mulai menginterogasi Nezya. Of course, dengan nada geram, nafas yang kacau nggak karuan, menahan marah. "Jadi ini alasannya, kenapa lo nggak mau gue ajakin jalan akhir-akhir ini??" Nezya terdiam. "Bagus! Bagus, Nez! Gue nggak nyangka lo tega ngelakuin ini ke gue. Gue kira, lo itu cewek baik-baik, tapi, lihat nyatanya, " Nicko menggelengkan kepala. "Gue kecewa sma lo, Nez."

"Nick.. Nicko, M.. Maafin gue.. Gue.."

"Maaf? Setelah lo lakuin ini semua, lo cuma bilang 'maaf'?? Oh, gampang, ya?? Semudah itukah??" timpal Nicko. "Lo tahu, sikap lo ini, beber-bener bikin gue sakit ati, tahu nggak."

"Nickoo..." Nezya bersimpuh di kaki Nicko, memohon maaf atas apa yang diperbuatnya.

"Percuma, Meskipun lo bersimpuh di kaki gue kayak gini, sampai lo nangis darah sekalipun, lo nggak bakalan pernah bisa nyembuhin sakit hati gue yang udah teramat sangat sakit ini," kata Nicko. "Lagian apa sih kurangnya gue, Nez?? Hah!! Apa????!!!"

"Nicko.."

"Dimana letak kesetiaan yang lo janjiin itu, Nez?? Mana!!?" bentak Nicko. "Nggak ada bukti. Lo bener-bener udah kecewain gue. Gue nggak bisa lagi maafin lo." Nicko melepaskan diri dari genggaman Nezya. Tapi Nezya malah masih tetap merangkul sebelah kaki Nicko dengan dibanjiri air mata. "Lepasin gue, sekarang."

"Gue nggak akan lepasin lo sebelum lo maafin gue, Nicko.."

"Itu nggak bakalan pernah terjadi." Nicko menendang Nezya hingga jatuh terjungkal ke belakang dan melepaskan kaki Nicko. Nicko kini sama sekali tidak mempedulikan Nezya lagi, bahkan dia sama sekali nggak merasa bersalah atas tendangannya barusan. "Fera! Kita pulang! Nggak ada untungnya kita disini! Cepat masuk mobil!!"

"Fera, dengerin gue dulu!" Zack memohon.

"Udah cukup sampai disini, Zack. Mulai sekarang kita nggak ada hubungan apa-apa lagi.Kita putus!!" Fera langsung lari menuju mobil Nicko, dan tak lama kemudian mobil itu melaju dengan kecepatan maksimal dan segera menjauh dari Zack dan Nezya.

"Nickooooo....."

"Feraaaaaa..."

Nezya menangis dan tetap menangis. Zack menghampirinya dan membantu Nezya berdiri setelah terjungkal beberapa saat yang lalu. Nezya ambruk di pelukan Zack.

"Zack..." gumam Nezya.

"Kamu tenang Nez.. Jangan hadapi masalah ini dengan emosi," ujar Zack.

Nezya menarik diri dari pelukan Zack. "Zack, sepertinya kita nggak bisa terus.."

"Maksud kamu??"

"Kita harus hentikan semua ini. Ini bukan jalan yang benar. Cara kita ini, menyakitkan banyak pihak.. Lebih baik kita sudahi saja semua ini. Hubungan ini hanya akan terus menambah masalah."

"Tapi, Nez.." ucap Zack. "Aku nggak akan sanggup kalo harus kehilangan kamu. Aku bisa, aku masih sanggup kalo musti kehilangan Fera, karena mulai dari awal aku memang nggak cinta sama dia. Jadian aja, dia yang ungkapin dulu. Aku takut nyakitin hati cewek, jadi ya mau nggak mau aku terima. Tapi jujur, aku nggak cinta sama dia. Beda sama kamu, Nez.."

"Zack..."

"Nez, tolong ngerti posisi aku.."

"Tolong ngerti juga posisi Fera sama Nicko!" bentak Nezya. "Mereka terluka tas ulah kita! Aku nggak heran Nicko begitu marah sama aku, karena aku emang keterlaluan. Terserah dia mau anggap aku apa, pengkhianat, penipu, aku akan terima itu. Karena aku emang salah," kata Nezya. "Kalau bisa, mulai malam ini juga, kita berdua udah nggak ada hubungan apa-apa lagi." Nezya mengunci gerbang rumahnya dari dalam dan segera berlari ke dalam rumah.

"Nezya!! Nez...!!!" teriak Zack. Namun Nezya tak sekalipun menoleh ke arahnya.

******************

Sebulan telah berlalu semenjak insident itu terjadi. Namun antara Nezya, Fera, dan Nicko masih belum muncul komunikasi yang baik seperti sedia kala. Suatu siang seusai sekolah, seorang cowok di seberang jalan melambai ke arah Nezya.

Zack.

Nezya menghampirinya dengan enggan. "Ada apa?"

"Aku cuma mau pamit," ucap Zack.

"Pam-pamit... Kemana?"

"Besok aku mau pergi ke New York, ngelanjutin kuliah disana."

"Besok? Kok mendadak banget??"

"Bukan mendadak sebenarnya. Ini direncanakan udah lama, tapi aku sempat pernah berfikir untuk mengurungkannya karena adanya kamu. Dan berhubung saat ini, udah nggak ada lagi yang bisa bikin gue berarti disini, so buat apa gue disini?? Lebih baik kan gue pergi, mencari suasana, dan semangat baru,"ungkap Zack.

"Aku pasti akan merindukanmu, Zack..." gumam Nezya lirih.

"Aku pasti juga akan sangat merindukan suasana disini, kamu, dan semuanya," ujar Zack. Tiba-tiba saja Nezya memeluk Zack.

"Zack, jangan pergi. Aku mohon jangan pergi. Aku udah sendirian sekarang. Nggak ada lagi yang mau nemenin gue. Jangan bikin aku merasa semakin kesepian. Aku baru sadar, aku juga nggak sanggup kalo harus kehilangan kamu. Aku masih cinta sama kamu. Aku masih sayang sama kamu,Zack. Please, jangan pergi."

"Nggak akan ada yang bakalan pergi dari sini," Tiba-tiba sebuah suara cowok menyahut dari jarak yang lumayan dekat dengan Nezya dan Zack. Nezya segera buru-buru menarik diri dan pandangannya tertuju pada asal suara, Nicko. "Zack akan tinggal, kok. Dia cuma ngetes lo aja, gimana reaksi lo kalo Zack pamit mau pergi."

"Zack masih cinta sama lo, mustinya kalian balikan. Jangan siksa diri kalian dengan berjauh-jauhan kayak begitu.. Itu sama aja bunuh diri, tahu.." ujar cewek yang ada di sampingnya, Fera.

"Nicko... Fera... " gumam Nezya pelan. "Kalian nggak marah lagi sama gue?"

"Buat apa kita marah. Cinta itu nggak pernah salah. Cuman, terkadang caranya aja yang salah," sahut Nicko. "Dan cinta itu ajaib. Karena insiden waktu itu, gue jadi deket sama Fera. Dan kalian tahu apa? Kita udah jadian..."

Nezya terkesiap. Terkejut akan kejadian yang tak terduga ini.

"Benar," sahut Zack. "Cinta itu nggak pernah salah. Nez, sekarang kamu mau kan balikan sama aku?"

"Kamu ngerjain aku, yaaaa?"

"Kamu mau balikan kan sama aku? Dan tentunya bukan dengan cara yang telah berlalu, namun dengan cara yang benar kali ini...."

"Asalkan kamu janji nggak akan pergi ke New York.."

Zack tersenyum dan kemudian memeluk Nezya. "Terimakasih, Nez... I Love You, my princess"

"I Love You, too.my prince...."

******************

"Nez! Nezya!!" panggil Nicko panik. "Aduh, bangun donk! Lu sih pake ngelempar bola melenceng gitu.. Liat tuh! Cewek gue kan yang jadi korbannya!"

"Iya, maaf.... Gue nggak sengaja.." ujar cowok berkaos team kuning dari SMA Adi Jaya itu.

Nezya membuka kedua matanya perlahan, awalnya anak-anak yang mengerubungnya terlihat samar, namun setela mengerjapkannya beberapa kali, semuanya terlihat jelas.

"Akhirnya, lo sadar juga..." kata Fera.

"Zack!!!" Nezya langsung dengan cekatan memeluk cowok berkaos team kuning itu. Yang dipeluk, kebingungan menghadapi keadaan ini.

"Nezya !!" tegur Fera sambil melepasakan pelukan Nezya pada Zack. "Apaan sih!!? Tiba-tiba nyelonong gitu aja ke pelukannya cowok gue! Nggak sopan tahu!!"

"Nezya, lo apa-apaan sih? Cowok lo disini, bukan dia." Kelihatannya Nicko sedikit terganggu- bukan sedikit, tapi memang sangat terganggu. Apalagi banyak orang begini...

"Darimana lo tahu namanya Zack? Gue kan belum kasih tahu lo, Nez..." ujar Fera.

Nezya melongo. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?? batinnya. Ia memandang ke sekeliling, tampak sebuah lapangan basket di sekolahnya. Lapangan yang pernah dipakai untuk tanding basket SMA Adi Thirta VS SMA Adi Jaya. Namun, sepertinya semuanya tidak berubah. Semuanya seolah sama. Jangan-jangan.......

"Kenapa gue disini??" tanya Nezya.

"Iya, tadi waktu lo ngelamun, nggak sengaja Zack nelempar bola basket ke arah lo. Alhasil, lo pingsan deh! Nggak sada-sadar sampe pertandingan selesai," jelas Fera.

"Pertandingan-baru-aja-selesai??????"

"Ya... Dengan skor 29-30. 29 buat kita, 30 buat Adi Jaya."

Nezya melotot, seolah terkejut dan tak lam kemudian.....

Gelap.

Dia pingsan lagi!

"Nezyaaa.......!!!!!!!"

******************

Cinta memang tak pernah salah

Akan tetapi,

Terkadang caranya saja yang salah.......

Finished at : Wednesday, March 16 2011

21:14 WIB

Shinta Fury Afrilia

Senin, 28 Februari 2011

Friendship VS Love

I sit on a chair near the white bed in that 8x8 room. A sixteen-years-old-girl is lying there. Fighting with infuse like cables around her body. Her eyes closed but the tears always came out from her eyes.
“Asty…” I whispered. “Please, wake up...”
A big hand holds my shoulder, and then followed by a voice. A familiar voice in my ears―Dann’s voice.
“Sitha, it’s enough. Let’s get out from…”
“Stop.” I appoint my hand as high as my shoulder. “I’m still wanna here. It’s my fault. I don’t want to go.”
“But, Sitha, sweetie…”
“Leave me,” I said,” alone.”
“Ok, if that’s your order, I’ll let you here-alone. I’m outside. Call me if you need something.”
“Let me alone.”
“Oh-okay. Sorry.” I can hear that he opens the door.
“Don’t call me ‘sweetie’, again. We are just.. just friends, now.”
He says nothing, and then he closes the door from outside. At the same time, the room is getting quieter than before, there’s no voice, except the voice from machine that said “tiit... tiit... tiit...” at the corner of that room, and I don’t know what it is name. I reach Asty’s hand. Suddenly, I remember the beginning of this accident. The beginning of my friendship brokenness and my love brokenness. YYY
MOS time...
“Make a group of three! A boy and two girls! Hurry up!” The authors ordered us. Of course, we were the new comer-new students of this High School-obeyed it. I found my groups after 15 seconds. They were Dann-my boyfriend that made my life be colorful (hehehe…) - and Asty-my new friend that I got from my new school. We were being a good group, even we were the best group in the MOS time this year, because of our good cooperation in every activity. I loved my group!
Since that day, Dann and I were closer than before. Please understand us, guys. We weren’t in the same school in Junior High School, so our relation is not really well. We connect each other just through the phone. But, now, we were in the same school! So we could more closer and closer again, right? (Hehe…. But, unfortunately, we weren’t in the same class.. Hiks..hiks..).Moreover, since that day too, Asty and I were being good friends. She was my best pal that I ever had in this school, because besides we were in the same group at the MOS time, we were in the same class, too. Even, I sat beside her in our new class. And we helped each other in every assignment. However, even if we were like siblings, I never told her that Dann was my boyfriend and we never talked about it. I didn’t know why I do this, maybe because I didn’t want to be destination…???But one evening, Asty sent me an e-mail. It was written like this:“Sitha, good evening..Do you know the Dann’s phone number?? You know, my friend asked about it to me. He said that he had to call him to talk about their assignment. I think you have it, because you’re his old friend. You knoe him so well, of course.Am I right??.. ^_^ ”Without any feeling, I replied her e-mail. I told her about Dann’s phone number. Like this:“It’s his number, sista… 085678901234. By the way, have you finished your homework? French book at the page 65?”After that, I sent it. I wait for a minute, two minutes… five... seven... ten... but there’s no reply. Well, maybe, she lost her balance so that she didn’t answer my question, I guessed.At the morning, intentionally I came to school early because I was not a smart girl, I doubt with my answer on the French homework, so I would make it same with Asty’s answer, my best friend that I supposed to be my younger sister. It was the good habit of Asty to come early, to show you know.My class’ door closed. It was looked like no students around there. Has Asty come? Maybe, but why? She told me that she has at school at 05.45 am. What was wrong there? Asty lied to me? But, it was impossible.I kept walking to my class. I reached the door’s knob and I turned round it. Kriieet… the door began to open. And from the place where I stood up, I could see a boy and a girl lied on the floor. Dann-upside and Asty-downside looked each other, so closely…At the same time, my heart’s beat so fast just like a big drum that wanted to war. I felt that my blood run up to my brain. In addition, I could felt that my face turned red, too.“Morning,” I greeted them intentionally without looked at them directly, but I could see they looked at me. Quickly, they effort to stand on their own legs. “It seems…. Disturb both of you.” When I would get out from there, Dann said to me,“Wait, Sitha. It’s not like what you see. Asty and I just… we were talking about French homework but, after that, I slipped and I fell on her... We are doing nothing. You believe me, don’t you?”“It’s okay.” I try to kept smile, but I couldn’t. “Much better, if I am not here. So you can do everything what you want. “I said cynically. Then I left the classroom, but Dann ran after me and reached my hand.“Wait, please don’t be misunderstanding. Asty and I were doing nothing. We are just friends, common friends. I just slipped there. Please trust me, sweetie...,” he said worriedly. “You understand about that, don’t you?”I kept silent.“Sitha…”“I know. I try to understand, even if it’s so hard…”“Thanks, sweetie,”“I just... I just don’t want to lose you.” I breathe. “Well, you’re a good gay. I believe you won’t hurt me, will you?”“O... Of course, I will.” He said. “I’ll back to my class. See ya, sweetie.”“See ya, honey.”Then, he ran to his own classroom, and I came back to my own classroom, too. A sixteen-years-old-girl sat on the first desk. She enjoyed her homework. When I walked to her, she looked at me.“What do you talk with him? Is it about your friendship?” Asty did her homework again. “About the rules of your friendship that both of you must not have the boy or girlfriend before both of you finished your study?” I remind that I have told her about that lied. O my God! She still remembers it! Is she telling Dann about it? I hope not…“Ehm…eh... yeah… It’s just kind of that,” I replied nervously. Oh, God! Must I tell her that Dann is my boyfriend? Nevertheless, if I tell her about it, and she was misunderstanding about it, she must be guess that I had the bad thinking to her that she wanted to take him from me. Its effect is our friendship will be broken! Oh no, no, no, no… I don’t wanna this happen. But, if I don’t tell her about it, I’m afraid, she would take him from me. Moreover, I will lose my boyfriend. I’ll lose my love. I don’t wanna this happen too. So, what must I do?? Oh God!! Please help me!!....“You bring your French book, don’t you?”“Eh...ehm… yeah, of course,” I said with forced myself to give her a smile as good as I can.“Take it out, please...” she said. “ Dann said to me that you’re not bad in French. And.. You know…” she looked at me and put her pen on the table.Dann said that to her? It’s not real, you know… I’m not good in French!“I know what?”Suddenly, Henry entered the classroom, so that Asty didn’t continue her answer.“Morning, guys!” he stopped in front of my desk. “Is there any homework?” Y Y Y Two days later, at evening, about 06.00 pm, I dropped at Dann’s house. I just wanted to ask about mathematic. Yeah, that lesson was make me so boring, because of what? Because of the teacher! He taught us with his slowly voice. And it was like, he taught and study for himself.When I stepped on Dann’s carport house, I heard something, a song that sang by the boy’s voice. Of course, that was Dann. I stood up in front of the closed door and listened to his song. What a good voice I’ve ever heard!“My prized possesion, one and Only,adore you girl I want you. The one I can’t Live without, that’s you, that’s you. You’re my precious little lady, the one that Make’s me crazy, Of all the girls I’ve ever Known , It’s you, it’s you. My favorite, my favorite, my favorite, my Favorite girl, my favorite girlIt’s you...,”I smiled so proudly, but a second later, something inside made me so curious.“I love you, sweetie..” Dann said.“I love you too, honey.” A girl replied. My heart beat so fast again. It seemed, Dann was not alone there. There was a girl, that the voice wasn’t strange in my ears. But….Impossible it was her!Finally, I collected my strength to show them that I was here. And…BRAAKK!!!I hit the door so hard. There were a boy―Dann of course―and a girl―unbelievable! That was Asty! My best friend! Oh My God! She took ‘em from me! No…it ‘s not happen, right? Please tell me that it’s not real!!!!“As-ty..”I whispered.”Dann….”Dann put the guitar and then stood up in front of me.“Sitha, listen to me.”PLAAKK!!!My hand landed on the Dann’s cheek. I was sure that my tears began to come out from my eyes.“Damn you!”“Sitha!” a girl behind him cried to me. “What are you doing?? You come without permission, and then you burst our meeting! What the hell it is??! Are you crazy, girl??”“Oh, you are, Asty! You should ask yourself.” I closed to her. “What are you doing here?? What are you doing with him? I guess, you are my best friend I ever had, but.. the fact.. What are you doing to me?? You.. you.. you..” I was sure that my tears came out heavily, because my looking wasn’t so clear like before. “DANN IS MY BOYFRIEND!!!” I cried so loudly at finally. Asty looked shock, her beautiful eyes turned big, then said to me:“No no. Are you kidding me??” She tried to concise me. “So far, you never talk about him. You both are… just common friends, right?”“So you still suppose me as your boyfriend?” Dann said cynically. I looked at him. “After so far, you don’t care about me? You never suppose me, myself, exist in this world??” “Dann…” I whispered.“Sitha, I have patiently to face you, but… month by month.. years by years, you never change! You never change to be more pay attention to me! To suppose me, be your love!! I feel lonely, Sitha. I feel lonely. I need someone that always there for me, that always care about me. We are adult now. I hope you understand what I mean. I don’t mean to hurt you, but that’s the fact.” I kept quiet. I knew that Dann’s said was no wrong.I breathe. “It’s over.” I said nervously. “I have to go now. Enjoy your meeting.” Then I got out from that room and I didn’t look at them again. But, although that way, I still could hear their conversation.PLAKK!!I heard something inside. Likely, Asty landed her hand on Dann’s cheek.“Dann. Why you never talk about it? Why you never tell me that you are the boyfriend of my best friend, hahh??!!” Asty cried.“Asty, she never tell you about me, and so do I. I’m afraid, if I tell you about it, you will not believe me. And you will suppose me as a lier. Won’t you??”“I.. I don’t believe you can do this. You’re a bad gay, Dann. I hate you. I’m really really hate you. Understand??”“Asty, Asty, Asty wait! Wait!!!” Dann break me. I don’t belive he can do this. So far that I know, he’s a good person. But, why he did it to me? What’s my fault? Because of my careless about him?Hufth..Dann.. I hate you. I’m very very hate you!!!!You hurts my lovely heart!! :”(Thin… Thin…Without my consciousness, there was a car that has two meters spaces from myself. Now, it seemed, my death was near of my life. Okay, maybe it was the good way for me to end this broken heart. Well, God, please take me in the heaven if I died….And…..BRUKK!!I fell beside the street. I thought, I must be didn’t fall by myself, but there was someone that pushed me…BRAAKK!!A bomb sound heard from the behind of me. It was just like… crush. Crush?? At the same time, I looked at the street. There was a sixteen-years-old girl lying in front of the car that nearest hit me. Oh My God!! Asty!! Asty pushed me! Asty… Asty sacrificed herself for me! Oh My God…“ASTY…!!!!” I ran to her. I reached her head. There were blood so much on her body, including her head.“Sitha…” She whispered. “Forgive me. I don’t…don’t know that he is belong to you.”“Forget it. Just forget it, Sista… Let’s go to hospital, Let’s save your life!” I said panickly.She smiled, but a second later, she closed her eyes. YYY Now, here we are. In the one of rooms the Jaya Husada Hospital have. Everything’s white here, including the wall, bed, blanket, even pillow.In front of me, there is girl lying, without any powers. Her eyes still closed. There’s no clue that she’ll wake up. The doctor said that she needed a miracle. God… please help her… I’ll apologize her if she did. I’ll tell her that she can get Dann. I’ll sacrifice my love, my real love, for her-my best friend. Please, God..“Asty… Wake up, please.. Don’t leave me.” I whispered. “Okay, I know, that wasn’t the exact time to come to his house. I shouldn’t go there, if I know what will happen.”But, it’s too late… Now, I will give Dann for you, I don’t care that my heart will be broken, It doesn’t matter for me. Now, the important things for me is your life, sista.. Please wake up…Although she didn’t open her eyes, I’m sure she heard me. And I believe that. Well, Asty, Just take Dann, it doesn’t matter for me. I’m really really don’t care. Something that I care for now is you, my Sista...Please wake up…For me, your sista…. THE END FRIENDSHIP VS LOVEFinishedAt February 14, 2011