Minggu, 08 November 2009

Cinta Membuatku Gila

Entahlah, sejak kapan aku memiliki perasaan ini. Begitu sulit kuhindari, begitu sulit kujauhi, begitu sulit....begitu sulit...Aku tak dapat mengontrol diri ini. Selalu dan selalu aku ingin terus memandang wajahnya, senyumnya dan segala yang ada dalam dirinya.Hatiku selalu berdesir-desir bila aku berada di sampingnya, secara tak sengaja. ataupun ia memandangku, tetapi meskipun begitu, ia tak pernah sedikitpun memperlihatkan senyum manisnya yang selalu kudambakan.Terkadang aku merasa kecewa terhadapnya, tetapi rasa itu tak sebesar rasa cintaku padanya. Cinta???? Sudah pantaskah diri ini mengatakan, "Aku cinta padanya"?? Sedikitpun ia tak hiraukanku, seikitpun ia tak menganggapku, dan banyakpun ia mengacuhkanku.
Tak sanggup aku katakan ini padanya. Andai aku Aurora, aku akan selalu percaya diri meskipun aku ditakdirkan untuk mati. Andai aku Cinderella, aku akan tetap ceria meski selalu dijahati oleh saudar-saudar dan mama tiriku, karena aku yakin suatu saat pangeran akan menjemputku. Andai aku Snow White, aku akan takkan menangis meskipun diusir dari istana karena aku tahu di suatu hutan kelak aku akan menemukan 7 malaikat pelindung.
Tetapi aku bukanlah siapa-siapa. Aku hanyalah seseoran yang ingin cintanya dibalas. Tlah kurasakan betapa sakitnya menunggu cinta yang kudambakan, sedangkan ia hanya bersikap seolah aku tak ada.
Hati ini serasa teriris oleh pedang yang amatlah tajam. Air mata ini tak lagi dapat terbendung pelupuk mataku sehingga terurailah sudah mutiara bening itu.
Wajahnya, senyumnya, matanya, tak bisa lepas dari ingatan. Selalu terbayang dimana saja aku berada. Sampai-sampai aku berlagak seperti orang tolol yang tlah hilang dari kesadaran dengan memanggil, "Tian...Tian..."
Setelah itu tertawa dan menangis dengan sendirinya,"Kenapa kamu gak hirauin aku? Padahal aku kan cinta banget sama kamu..."
Dan, meskipun aku tlah hilang kesadaran, dalam hati aku mengerti bahwa aku dimasukkan RSJ Dua Putera Jaya di kota itu. Kelakuanku memang sudah tak waras lagi, terkadang aku menangis dan tertawa dengan menyebut nama Tian, nama yang benar-benar membuatku gila.

***********
Entahlah, aku tak tahu sudah berapa lama aku di tempat ini. Banyak kujumpai orang-orang yang lebih dewasa dariku memakai baju biru muda yang seperti kukenakan saat keluar dari kamar pengap bin lembab itu.
"Prisya," panggil seseorang dari belakangku. Aku pun berbalik 180 derajat.
"Mama,Papa.." ujarku linglug.
"Ya Tuhan!! Terima kasih ya Allah!! Angkau sembuhkan anakku!" seru papaku.
"Kamu sudah ingat kami,Nak?" tanya mamaku.
Belum sempat aku menjwab, tiba-tiba kepalaku pening dan......

************
"Prisya, bangun kumohon... Buka matamu please... Prisy, bangun kumohon.... Please..."
Suara itu, suara yang tlah lama kunantikan bicara denganku.
Atap yang putih bersinar dengan diterangi neon itulah yang kulihat pertama kali. Meskipun agak silau, aku tetap mencoba untuk melihat seseorang yang berbicara kepadaku.
Tian.
"T....T..Ti..Tian... Ngapain kamu disini?" tanyaku.
"Aku mau njenguk kamu-lah! masa mau maen di rumah sakit?? kan nggak lucu.." jawabnya dengan menyunggingkan senyum tipisnya.
"Kamu... ngewakilin temen-temen yah??" tamyaku denga sedikit melihat ke pintu masuk.
"Nggak. Aku kesini dengan kemauanku sendiri."
"Maksudmu?"
"Aku tahu selama ini aku dah nyuekin kamu, aku nggak perhatian ma kamu. aku...aku... Padahal aku Kamu tahu kenapa aku sering hindarin kamu?"
aku hanya menggelengkan kepalaku.
"Karena aku cinta sama kamu. Aku sayang sama kamu. Kamu itu terlalu sempurna buat aku, aku takut nggak selevel sama kamu. Prisy, jangan anggap aku kalau aku benci sama kamu yah..."
"Segera kupeluk dirinya yang berada di sampingku itu,"Aku nggak akan nglepasin kamu lagi. Aku nggak mau aku tersiksa lagi,Tian.. Nggak mau.."
"Bersama, akan kita lalui samudera cinta seberapapun luasnya.."

BY: SHIENTA F. A